POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA TERHADAP ANAK
Pengertian Pola Asuh Permisif Orang Tua
Pola asuh permisif terdiri atas tiga suku kata, yaitu pola, asuh, dan permisif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Asuh yang berarti mengasuh, menjaga, merawat, memelihara, mendidik. Sedangkan permisif berarti bersifat terbuka (serba membolehkan, suka mengizinkan). Menurut Khon, yang dikutip oleh Habibi, MA. Muazar dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebutuhan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap orangtua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dan bisa memberi efek negatif maupun positif. Dengan demikian, pola asuh dapat diartikan sebagai proses interaksi antara orangtua dengan anak sebagai proses pembelajaran dan pendidikan yang akan menjaga dan membimbing anak menjadi lebih berkembang. Pola asuh adalah bagaimana cara orang tua dalam membentuk pribadi.
Sikap permisif adalah sikap yang memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak tanpa ada usaha untuk mengarahkan atau melakukan bimbingan pada anak. Anak dibiarkan meraba-raba dalam situasi apapun, termasuk situasi yang terlalu sulit untuk dipecahkan atau untuk ditanggulangi oleh anak sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. Dalam hal ini anak dibiarkan begitu saja tanpa diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan. Anak diizinkan untuk mengambil keputusan sendiri atas pola tindakannya dan berbuat sekendak hatinya, sehingga dorongan atau rangsangan untuk memperoleh prestasi pada anak sangat rendah sekali.
Pola asuh permisif adalah pola asuh orang tua pada anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memberikan pengawasan yang sangat longgar dan memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Adapun kecenderungan orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Menurut M. Nurhadi, pola asuh yang permisif merupakan pola di mana orang tua hanya sedikit memberikan batasan pada anak atau orang tua jarang mengontrol perilaku anak.8Sedangkan menurut @PsikologID, Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif adalah pola asuh orang tua yang bersikap longgar dan bebas, dan cenderung selalu memberikan kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol yang tinggi, serta semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak dari pada orang tuanya. Pola asuh ini memperlihatkan bahwa orang tua cenderung kurang perhatian dan peduli terhadap anak,sehingga orang tua banyak bersikap membiarkan apa saja yang dilakukan oleh anak.
Ciri-Ciri Pola Asuh Permisif Orang Tua
Menurut Al-Tridhonanto dan Beranda Agency, pola asuh permisif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Orang tua bersikap acceptance tinggi namun kontrolnya rendah, anak diizinkan membuat keputusan sendiri dan dapat berbuat sekehendaknya sendiri.
b. Orang tua memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.
c. Orang tua kurang menerapkan hukuman pada anak, bahkan hampir tidak menggunakan hukuman.
Sedangkan menurut Santrock, yang di kutip oleh Ani Siti Anisah dalam jurnal pendidikannya yang berjudul Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Anak, menyatakan bahwa pola asuh permisif yaitu suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak. Adapun ciri-cirinya adalah:
a. Orang tua membolehkan atau mengijinkan anaknya untuk mengatur tingkah laku yang mereka kehendaki dan membuat keputusan sendiri kapan saja.
b. Orang tua memiliki sedikit peraturan di rumah.
c. Orang tua sedikit menuntut kematangan tingkah laku, seperti menunjukkan kelakuan/tatakrama yang baik atau menyelesaikan tugas-tugas.
d. Orang tua menghindar dari suatu kontrol atau pembatasan kapan saja dan sedikit menerapkan hukuman.
e. Orang tua toleran, sikapnya menerima terhadap keinginan dan dorongan yang dikehendaki anak.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh permisif ini memperlihatkan bahwa orang tua cenderung memberikan kebebasan kepada anak tentang keinginan dan kehendak anak, namun tanpa memberikan kontrol yang tinggi, serta pengawasan dan bimbingan terhadap anak.Karena, secerdas dan sepintar apapun anak, orang tua harus tetap memberikan bimbingan terhadap anak, agar anak mengetahui mana yang baik dan buruk, serta mana yang benar dan juga salah.
Aspek-Aspek Pola Asuh Permisif Orang Tua
Menurut Al. Tridhonanto dan Beranda Agency, Pola asuh permisif menerapkan pola asuhannya dengan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Orang tua tidak peduli terhadap pertemanan atau persahabatan anaknya.
b. Orang tua kurang memberikan perhatian terhadap kebutuhan anaknya. Jarang sekali melakukan dialog terlebih untuk mengeluh dan meminta pertimbangan.
c. Orang tua tidak peduli terhadap pergaulan anaknya dan tidak pernah menentukan norma-norma yang harus diperhatikan dalam bertindak.
d. Orang tua tidak peduli dengan masalah yang dihadapi oleh anaknya.
e. Orang tua tidak peduli terhadap kegiatan kelompok yang diikuti anaknya.
f. Orang tua tidak peduli anaknya bertanggung jawab atau tidak atas tindakan yang dilakukannya.
Dari aspek-aspek pola asuh permisif orang tua di atas, dapat disimpulkan bahwa orang tua cenderung tidak peduli terhadap pertemanan, persahabatan, kegiatan kelompok yang diikuti anaknya, dandengan masalah yang dihadapi oleh anaknya. Orang tua tidak pernah menentukan norma- norma apayang harus diperhatikan anaknya dalam bertindak,orang tua tidak menuntut anaknya untuk bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukan oleh anak.Kontrol terhadap anak pun sangat kurang, tidak adanya pengarahan perilaku anak sesuai dengan norma masyarakat, dan membiarkan anak untuk memutuskan segala sesuatu sendiri, tanpa adanya pertimbangan dengan orang tua.
Apakah ada dampak pola asuh permisif pada kehidupan anak?
Meskipun terkesan sangat menyayangi anak, gaya pengasuhan ini ternyata memberikan sejumlah efek negatif bagi tumbuh kembang anak.
Beberapa dampak yang dapat terjadi antara lain sebagai berikut.
1. Anak menjadi bandel
Kurangnya aturan yang tegas membuat anak menjadi tidak disiplin dan tidak patuh aturan. Anak cenderung melawan perkataan orangtua sehingga tumbuh menjadi anak yang bandel dan sulit diatur.
2. Kurang berprestasi
Orangtua yang permisif cenderung tidak menuntut apa-apa dari anak. Menurut studi yang diterbitkan oleh jurnal Frontiers in Psychology, hal tersebut dapat membuat anak kurang termotivasi untuk berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun keterampilan lainnya.
3. Tidak terampil dalam bersosialisasi
Perilaku orangtua yang memanjakan dapat membuat anak merasa sebagai “raja di dalam rumah”. Sayangnya, posisi itu belum tentu ia dapatkan di luar. Hal ini membuatnya cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar.
4. Cenderung menjadi posesif
Pola asuh permisif cenderung menuruti semua keinginan anak dan memberikan apa yang ia inginkan. Dampaknya, anak mungkin menjadi egois, posesif, dan enggan berbagi dengan orang lain.
5. Anak tidak memiliki prinsip hidup yang kuat
Karena orangtua jarang mengajarkan aturan dalam kehidupan, akibatnya anak menjadi tidak punya pegangan hidup. Selain itu, ia pun menjadi lambat dewasa karena orangtua cenderung menganggapnya anak kecil yang tidak perlu diberi tanggung jawab.
6. Sulit berkeputusan
Orangtua yang permisif seringkali membiarkan si kecil berleha-leha. Akibatnya, ketika ditimpa masalah, anak menjadi sulit untuk memecahkannya. Hal ini dapat membuatnya menjadi mudah stres dan sulit berkeputusan.
7. Anak cenderung agresif
Menurut studi yang diterbitkan oleh Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, anak yang dirawat dengan pola asuh permisif lebih berisiko menunjukkan perilaku buruk bahkan melakukan tindak kekerasan.
Ini karena anak yang dididik dengan pengasuhan permisif umumnya sulit mengontrol diri dan emosinya.
8. Sulit mengubah kebiasaan buruk
Menurut studi dari University of Otago anak balita yang diasuh dengan gaya pengasuhan permisif cenderung sulit mengubah kebiasaan buruknya, seperti menonton TV secara berlebihan. Ini karena anak tidak terbiasa diberikan aturan di rumah. Jika dibiarkan, kebiasaan buruk tersebut dapat berlanjut hingga dewasa.
9. Berisiko mengalami masalah gizi
Melansir studi dari jurnal Childhood Obesity, anak yang dimanjakan oleh pengasuhan yang permisif cenderung mengalami kelebihan berat badan.
Pasalnya, orangtua tidak mampu mengendalikan nafsu makan si kecil. Namun, pada anak yang lain mungkin akan mengalami sebaliknya.
10. Lebih berisiko mengonsumsi minuman keras dan narkoba
Anak-anak yang dibiarkan bebas oleh orangtuanya berpotensi terjebak dalam pergaulan yang salah. Menurut Journal of Studies on Alcohol and Drugs, mereka tiga kali lebih berisiko mengonsumsi alkohol di usia muda dan menyalahgunakan narkoba.
CONTOH POLA ASUH PERMISIF
Berikut beberapa contoh pola asuh permisif:
- Membiarkan anak berleha-leha tanpa batasan, misalnya bermain game terus menerus.
- Tidak memberikan teguran jika anak berperilaku buruk seperti bolos sekolah, merokok, dan lain-lain.
- Tidak banyak menetapkan aturan terhadap anak. Jika ada aturan, cenderung tidak konsisten.
- Menuruti semua permintaan anak meskipun tidak wajar.
- Sulit meminta anak untuk berperilaku baik jika tidak disertai dengan imbalan.
- Terlalu mempertimbangkan pendapat anak terhadap keputusan besar yang seharusnya tidak perlu dilibatkan.
Cara Mengubah Pola Asuh Permisif
Mengingat dampaknya yang kurang baik bagi tumbuh kembang anak, pola asuh permisif sebaiknya diganti dengan pola asuh lain, misalnya pola asuh otoritatif. Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Bunda dan Ayah terapkan untuk mengubah pola asuh permisif menjadi pola asuh otoritatif:
- Buat aturan dasar di rumah untuk anak, misalnya terkait pekerjaan rumah tangga, jadwal tidur, atau jadwal bermain. Ini berguna untuk membuat anak mengerti bagaimana mereka harus berperilaku dan bertanggung jawab.
- Usahakan untuk tetap tegas dan konsisten terhadap aturan yang dibuat.
- Beri penjelasan kepada anak mengapa aturan yang Bunda dan Ayah buat perlu ia taati.
- Beri konsekuensi, berupa teguran atau hukuman ringan, bila anak melanggar aturan. Pastikan juga anak memahami mengapa konsekuensi tersebut diberikan kepadanya.
- Hargai setiap usaha yang anak lakukan untuk menaati aturan, misalnya dengan memberi pujian atau pelukan hangat.
Memanjakan anak sesekali memang boleh. Tetapi, jika terlalu sering atau sampai menerapkan pola asuh permisif, ini tidak baik untuk tumbuh kembangnya. Oleh karena itu, jika selama ini Bunda dan Ayah sudah terbiasa menjalani pola asuh permisif, cobalah mengubah pola asuh ini menjadi lebih baik.